Rabu, 19 September 2012

Harga seorang manusia adalah tauhid

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allahta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya)

Dari artikel Kunci Meraih Ampunan — Muslim.Or.Id by nullggghhabgag
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allahta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya)

ketika sebagian muslim tidak tertarik untuk membahas ini, dihati saya timbul kecintaan terhadap ilmuyang mulia ini. memang pembahasan berkenaan dengan akidah, tauhid, kesyirikan itu tidak menarik jika dibandingkan dengan pembahasan lain (bukan bermaksud membanding2kan lah ya), karena butuh pemikiran dan pemahaman yang dalam. Pemuda sekarang lebih senang membaca buku - buku tentang  manajemen qolbu dan itu juga baik, akan tetapi akan lebih baik lagi jika kita membuka lembar-perlembar kitab-kitab tauhid. "Ngantuk-Tidak menarik" itulah tanggapan pembaca buku-buku tauhid. Pada Zaman sekarang ini sudah banyak beredar di toko buku, buku-buku tauhid yang berkualitas karangan ulama-ulama besar.
seperti syeikh Fauzan bin Fauzan, syeikh Utsaimin dan syarah-syarah karangan syaikul islam ibnu Taimiyah.
tinggal pilih aja dan membacanya
Tulisan ini saya awali dengan hadist dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allahta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya).

begitulah keutamaan tauhid, itulah sebenar-benarnya harga diri seorang manusia, walaupun ada manusia baik, patuh, gemar bersedekah, gemar menolong sesama dan segudang kebajikan lainnya tidak akan bernilai sedikit pun ketika manusia itu tidak bertauhid dan mati dalam keadaan kesyirikan, Naudhubillah
  
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allahta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan
Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa tauhid merupakan syarat untuk bisa meraih ampunan Allah ta’ala. Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata mengomentari hal ini, “Ini adalah syarat yang berat untuk bisa mendapatkan janji itu yaitu curahan ampunan. Syaratnya adalahharus bersih dari kesyirikan, banyak maupun sedikit. Sementara tidak ada yang bisa selamat/bersih darinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah ta’ala. Itulah hati yang selamat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ta’ala (yang artinya), “Pada hari ketika tidak lagi bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara: 88-89).” (Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 53-54)
Namun -sebagaimana sudah disinggung di atas- keutamaan ini hanya akan bisa diperoleh bagi orang yang bersih tauhidnya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “…Seandainya ada seorang yang bertauhid dan sama sekali tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa hampir seisi bumi, maka Allah pun akan menemuinya dengan ampunan sepenuh itu pula. Namun hal itu tidak akan bisa diperoleh bagi orang yang cacat tauhidnya. Karena sesungguhnya tauhid yang murni yaitu yang tidak tercemari oleh kesyirikan apapun maka ia tidak akan menyisakan lagi dosa. Karena ketauhidan semacam itu telah memadukan antara kecintaan kepada Allah, pemuliaan dan pengagungan kepada-Nya serta rasa takut dan harap kepada-Nya semata, yang hal itu menyebabkan tercucinya dosa-dosa, meskipun dosanya hampir memenuhi isi bumi. Najis yang datang sekedar menodai, sedangkan faktor yang menolaknya sangat kuat.” (Dinukil dari Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 54-55)
Hadits yang mulia di atas juga mengandung keterangan bahwa kandungan makna la ilaha illallah yang bisa lebih berat timbangannya daripada semua makhluk dan semua dosa. Kandungan maknanya yaitu wajib meninggalkan syirik dalam jumlah banyak maupun sedikit. Hal itu pasti membuahkan ketauhidan yang sempurna. Tidak mungkin bisa bersih dari  syirik kecuali bagi orang yang benar-benar merealisasikan tauhidnya serta mewujudkan konsekuensi dari kalimat ikhlas (syahadat) yang berupa ilmu, keyakinan, kejujuran, keikhlasan, rasa cinta, menerima, tunduk patuh dan lain sebagainya yang menjadi konsekuensi kalimat yang agung itu (lihat Qurrat al-’Uyun al-Muwahhidin, hal. 22).

Dalam kehidupan, buat apa kita berbuat baik kepada manusia kalau kepada Allah kita tidak bisa berbuat baik. berbuat baik kepada Allah yang paling utama adalah mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain.
“Dan ingatlah ketika Luqman Al-Hakim berkata kepada anaknya ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah, karena sesungguhnya menyekutukan Allah benar-benar kezhaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)

berkata "Jangan berbuat syirik" merupakan sebaik-baik nasehat yang disampaikan seorang manusia kepada manusia lainnya.